Saturday, April 10, 2010

Family Fun Bike

Saturday, 10 April: It's a cheerful morning. Saraswati family is gathering together for a fun bike program at Ancol. More than 30 bikes are neatly parked at the Dufan Bike Post.

Ah.. here comes Keisya, all excited, the first to arrive with mom and dad. Teachers hurriedly drive off to set up the posts while others start arriving.. Still in progress setting up the posts, when herly’s phone rings. …O, more children and parents have arrived, very excited, and they are going straight for the bikes. Alright, let’s hurry then!

Back at ‘base camp’ children are all set to ride with mom, dad or mbak/om, the younger ones are securely tied to mom or dad with sarongs.
Herly briefly explains the activity: find post1, 2 and 3 and then back to base camp, use the given map, and get back within 1 hour. The first five family to reach base camp will get attractive prizes…tickets to Bali?? Ok, GET SET GO!



Post 1: Group 1 arrives…Alright! Everyone is to make a newspaper helmet! follow the directions here. Come on parents..no help from teachers….hurry , hurry! Group 2 is here. Wait..is that Gian fast asleep behind Dad?!

Post 2, Parents are to make licenses for children and come up with a yell for
Saraswati. Great yells from Keisya and Reno/Gian family groups. Ok…get on
and find post 3..

Post 3, Ah..the final challenge - Unscramble the words – 8 ‘food’ words…uuh, not so easy, eh?! Try harder parents.. or no breakfast back at base camp.



Everyone finally reaches base camp on time, hot and hungry. Five families get their sought after prizes---tickets or towels! doesn't make a difference ..everyone is just as happy as can be!




Time for beef burgers. Ros distributes the burgers. Meanwhile, Reno's mum sets out her sarong right under a tree shade, and out comes all kinds of snack from spaghetti...hagelslag bread, nuggets...and you name it! Parents enjoy a chit-chat while the children explore Herly's 'TOA'.

A great family time together… anyone care for a family fun walk/jog sometimes?

Friday, April 9, 2010

Aku dapat piala..Aku juara

Kemarin, anak-anak PG dan TK mengikuti lomba di TK AlKamal – yang dilombakan termasuk fashion show busana muslim, mewarnai, menggambar, dan bernyanyi bersama.

Pada hari-H, Keisya, yang rencananya ikut lomba menggambar, datang ke sekolah sambil menangis. Wah, tidak biasanya Keisya seperti itu, kenapa dia?
Keisya (sambil menangis): Aku mau pulang aja, nggak mau ikut lomba.
Teacher: Keisya boleh pulang tapi harus ada alasan yang tepat.
Keisya (masih menangis): Aku ngantuk, Kak..mau pulang aja.
Teacher: Ke, aku tahu kamu ngga ngantuk, apa alasan sebenarnya?
Keisya: iya Kak..aku takut. Aku belum selesai warnain lomba (lomba yang dimaksud adalah lomba dari DKI. Biasanya petugas dari DKI ‘ngedrop’ gambar di sekolah yang harus diwarnai oleh anak-anak (TK). Kemudian dikumpulkan lagi pada hari yang sudah ditentukan. Sekolah tidak mau membebankan anak-anak, maka anak-anak biasanya membawa gambar pulang dan mengerjakannya kapan mereka mau. Entah kenapa Keisya menghubungkan lomba DKI tersebut dengan lomba AlKamal)
Teacher : O, lomba yang itu ngga papa…Keisya ngga usah takut . Itu kan bisa dikerjakan nanti setelah kamu pulang, setelah kamu istirahat, saat kamu santai. Sekarang kamu lepaskan mama ya, dan peluk aku.
Teacher berhasil membujuk Keisya.

Popo tiba-tiba panas badannya dan tidak bisa ikut lomba nyanyi bersama. Teacher cepat-cepat mencari ganti karena Popo ditugaskan untuk memimpin gerakan teman-temannya. Untunglah Dinda siap untuk menggantikan peran Popo. Walaupun badannya lemas, Popo tetap ikut menonton teman-temannya (Eh…ada juga yang cuek menguap lebar-lebar di panggung saat bernyanyi bersama….)

Di panggung fashion show, Reno dengan busana yang sangat menarik, naik panggung dengan malu-malu. Selama berjalan di atas panggung, ia menggigit jarinya. Setelah turun, Teacher bertanya, ‘Reno, kenapa gigit jari?’ Reno menjawab,’Kak, Reno sakit gigi.’ (Wah, bisa saja Reno memberikan alasan yang tepat!)
Beda dengan Zila, ia berjalan di atas panggung dan dengan penuh percaya diri memberikan kiss-bye pada penonton maupun juri. Zila mendapat tepukan yang ceria dari semua. Sementara Yoda dipanggung berjalan bagai seorang tentara – luruuus, maju…dan tegas!

Sementara anak-anak yang ikut lomba gambar dan mewarnai heboh kepanasan. Belum juga lomba dimulai, mereka mengajak Kakak pulang, ‘Kak, PANAAAS, pulang yuk!’

Siang hari, Yoda dan Reno berlari-lari masuk ke ruangan Bu Shoba….masing-masing membawa piala yang cukup tinggi, sambil berseru dengan sangat antusias, Bu Shoba, Bu Shoba, lihat Reno dapat piala! Yoda dapat piala! Juara 2…. Wajah mereka begitu ceria dan gembira.

Supaya tidak terdengar oleh Reno dan Yoda, teacher berbisik ke bu Shoba, ’Nyanyi bersama dapat juara ke-2; Untuk menggambar Keisya dapat juara ke-3. Reno dan Yoda yang menerimanya tadi.

SELAMAT pada semua murid Saraswati! Kalian semua adalah juara bagi kakak-kakak karena kalian sudah menunjukkan kebersamaan dan keberanian yang sangat hebat!

Belajar berbagi dengan adik

Salah satu keuntungan dari adanya ‘mixed-age grouping’ (variasi usia dalam kelas yang sama) seperti di Saraswati, adalah berkembangnya rasa tanggung jawab anak-anak yang lebih tua terhadap adik-adiknya.

Saat tema paskah di kelas beberapa hari yang lalu, anak-anak PG dan TK bergabung dan mencoba menemukan telur-telur yang disembunyikan oleh kakak-kakak. Tampak anak-anak TK dengan cepat menemukan berbagai telur yang disembunyikan . Kakak hanya mengingatkan, ‘beri kesempatan untuk adik PG ya, supaya mereka juga dapat menemukan telurnya.’ Anak-anak TK langsung memberikan respons positif.

Tiana : ….adik PG, ini nih disini masih banyak telurnya! (sambil menunjuk ke pot tanaman)
Popo : iya tuh, disana juga ada (sambil menunjuk ke kastil).

Tiba saatnya untuk menghias telur yang sudah dikumpulkan bersama, dan anak-anak berkata secara serempak, “ Kak, kita berbagi ya!” Dengan penuh suka cita, anak-anak menghias dan melukis 2 telur masing-masing yang kemudian dibawa pulang.

Gangguan Sensori Integrasi

Jika kita diminta untuk mencoba menggambar bujur sangkar…pasti mudah bukan untuk membuat sisi-sisi bertemu pada titik yang tepat! Sekarang cobalah menggambar bujur sangkar tetapi dengan cara melihat bayangan di cermin. Saat anda mencoba untuk mempertemukan garis sisi ke-4 dan sisi pertama, garis akan meleset dan tidak bertemu pada satu titik. “Nah…itulah contoh seseorang yang mengalami gangguan sensori integrasi”, tutur Bu Ratih Theresia, ahli terapis Sensori Integrasi, yang menyempatkan diri datang ke Saraswati untuk memberikan teachers’ training mengenai gangguan Sensori Integrasi.

Saat kita memegang sebuah pinsil untuk menulis, hal ini terjadi begitu cepat dan otomatis. Kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kegiatan yang sederhana itu terdiri dari suatu rangkaian langkah yang kompleks, yang melibatkan panca indera, otak, otot, tulang dan lainnya: ada informasi lewat panca indera penglihatan mengenai posisi dan karakteristik pinsil, yang dikirim ke otak, kemudian informasi balik dari otak ke otot dan tulang di lengan dan tangan untuk melakukan gerakan mengambil pinsil, dan menggerakan otot dan tulang jari-jari untuk menggengam pinsil tersebut.

Nah, seseorang yang mengalami gangguan sensori integrasi kurang memiliki kemampuan untuk mengolah berbagai stimulasi dari panca inderanya. Akibatnya, pesan yang diterima oleh otak pun jadi kacau, dan reaksi yang muncul tidak sesuai dengan reaksi yang seharusnya. Contohnya, seorang anak dengan gangguan sensori integrasi yang diminta untuk meletakkan gelas di meja, meletakkannya di tepi meja, dan gelas jatuh pecah.

Beberapa gejala yang tampak pada anak dengan gangguan sensori integrasi, antara lain:
anak terkesan clumsy; sensitif yang berlebihan terhadap raba, gerakan, penglihatan, suara, atau sebaliknya; aktif yang berlebihan atau sebaliknya; keseimbangan tubuh kurang baik, motorik kasar dan halus kurang baik; kesulitan menggerakan lidah sehingga sulit mengunyah dan menelan makanan;

Beberapa kegiatan untuk melatih anak dengan gangguan sensori integrasi:
Berbagai alat Montessori sangat baik untuk melatih sensitiftas anak terhadap stimulasi panca indera; kegiatan yang membantu anak dalam koordinasi gerakannya seperti memanjat, meremas-remas tekstur yang kenyal seperti playdough, merangkak; kegiatan yang membantu meningkatkan keseimbangan tubuh seperti bermain ayunan, berlari, meloncat, meniti papan titian.

Terima kasih Bu Ratih sudah menambah wawasan untuk guru-guru Saraswati.