Friday, April 9, 2010

Gangguan Sensori Integrasi

Jika kita diminta untuk mencoba menggambar bujur sangkar…pasti mudah bukan untuk membuat sisi-sisi bertemu pada titik yang tepat! Sekarang cobalah menggambar bujur sangkar tetapi dengan cara melihat bayangan di cermin. Saat anda mencoba untuk mempertemukan garis sisi ke-4 dan sisi pertama, garis akan meleset dan tidak bertemu pada satu titik. “Nah…itulah contoh seseorang yang mengalami gangguan sensori integrasi”, tutur Bu Ratih Theresia, ahli terapis Sensori Integrasi, yang menyempatkan diri datang ke Saraswati untuk memberikan teachers’ training mengenai gangguan Sensori Integrasi.

Saat kita memegang sebuah pinsil untuk menulis, hal ini terjadi begitu cepat dan otomatis. Kita tidak menyadari bahwa sebenarnya kegiatan yang sederhana itu terdiri dari suatu rangkaian langkah yang kompleks, yang melibatkan panca indera, otak, otot, tulang dan lainnya: ada informasi lewat panca indera penglihatan mengenai posisi dan karakteristik pinsil, yang dikirim ke otak, kemudian informasi balik dari otak ke otot dan tulang di lengan dan tangan untuk melakukan gerakan mengambil pinsil, dan menggerakan otot dan tulang jari-jari untuk menggengam pinsil tersebut.

Nah, seseorang yang mengalami gangguan sensori integrasi kurang memiliki kemampuan untuk mengolah berbagai stimulasi dari panca inderanya. Akibatnya, pesan yang diterima oleh otak pun jadi kacau, dan reaksi yang muncul tidak sesuai dengan reaksi yang seharusnya. Contohnya, seorang anak dengan gangguan sensori integrasi yang diminta untuk meletakkan gelas di meja, meletakkannya di tepi meja, dan gelas jatuh pecah.

Beberapa gejala yang tampak pada anak dengan gangguan sensori integrasi, antara lain:
anak terkesan clumsy; sensitif yang berlebihan terhadap raba, gerakan, penglihatan, suara, atau sebaliknya; aktif yang berlebihan atau sebaliknya; keseimbangan tubuh kurang baik, motorik kasar dan halus kurang baik; kesulitan menggerakan lidah sehingga sulit mengunyah dan menelan makanan;

Beberapa kegiatan untuk melatih anak dengan gangguan sensori integrasi:
Berbagai alat Montessori sangat baik untuk melatih sensitiftas anak terhadap stimulasi panca indera; kegiatan yang membantu anak dalam koordinasi gerakannya seperti memanjat, meremas-remas tekstur yang kenyal seperti playdough, merangkak; kegiatan yang membantu meningkatkan keseimbangan tubuh seperti bermain ayunan, berlari, meloncat, meniti papan titian.

Terima kasih Bu Ratih sudah menambah wawasan untuk guru-guru Saraswati.

2 comments:

Regency Kindergarten said...

Thx for sharing, nice blog you have :)

shaziamumtaaz said...

Pusat Terapi dan Tumbuh Kembang Anak (PTTKA) Rumah Sahabat Yogyakarta melayani deteksi dini anak berkebutuhan khusus dengan psikolog, terapi wicara, sensori integrasi, behavior terapi, Renang& musik untuk anak berkebutuhan khusus, terapi terpadu untuk ADD, ADHD, fisioterapi, home visit terapi & program pendampingan ke sekolah umum dan pelatihan terapi bagi orang tua anak berkebutuhan khusus. informasi lebih lanjut hubungi Jl Perintis Kemerdekaan Perum Gambiran C2 UH 5 Yogyakarta tlp 0274 8267882