Monday, May 10, 2010

Aku maafin besok aja!

(nama anak-anak diganti dengan nama fiktif. Aulia, Anya, Andi, Fendi )

Anak-anak sedang siap-siap untuk kerja dalam kelompok kecil. Tiba-tiba terdengar Aulia berteriak dengan nada tinggi “Biarin, besok aku mau bawa mainan yang mahal, terus aku ngga kasih pinjem kamu” (sambil berjalan ke arah ruang kelompok kerja kecil – small group time.)

Teacher: Aulia, tunggu dulu, jangan masuk ruangan itu dulu. Yuk sini duduk di sini (sambil menarik kursi untuknya). Aulia kenapa berteriak seperti itu?
Aulia: Iya, kan aku lagi pegang kupu itu, kenapa si Anya tarik dari aku. Kan dia harusnya minta ijin dulu.
Teacher: Anya, sini dulu ya, kita selesaikan dulu masalah ini.
Anya (menghampiri meja bundar tempat teacher dan Aulia sedang berdiskusi dan duduk menghadapi teacher dan Anya): Iya, itu kan punya aku! Kenapa Aulia ambil tanpa ijin aku? (Nadanya sangat ketus dan ‘siap perang’)
Aulia: Kan aku dikasih sama Andi! Aku nggak ambil, tahu! (nada sangat tinggi)
Teacher memanggil Andi: Andi, coba kamu bantu dalam menyelesaikan masalah ini. Andi dengan ceria menghampiri meja bundar.
Teacher: Andi, kamu yang kasih kupu itu ke Aulia?
Andi: Iya, tadi aku kasih ke Aulia.
Teacher: Kamu tahu itu punya Anya?
Andi; Tahu.....tapi ada di meja sini.
Teacher: Terus, kenapa kamu kasih ke Aulia, bukan ke Anya?
Andi (dengan wajah yang ceria) tidak menjawab….

Teacher: Disini sebetulnya tidak ada yang salah, tapi ada kesalahpahaman! Teacher mengulangi, ‘kesalahpahaman’. Jadi Aulia tidak salah, Aulia bermain dengan kupu itu karena diberikan oleh Andi. Sehingga waktu Anya menarik kupu itu dari tangannya, Aulia marah. Sama juga, Anya tidak salah. Anya marah melihat kupu yang dimilikinya sedang dimainkan oleh Aulia, padahal Aulia tidak meminta ijin.
Wajar koq kalau Aulia marah, Anya juga marah, karena terjadi kesalahpahaman. Marah sih boleh-boleh saja, tapi jangan keterusan dong! Sekarang coba kita cool down dulu, tenangkan diri..terus saling maafin.

Anya: ENGGAK, AKU NGGA MAU!
Aulia (mendengar nada ketus Anya) emosinya kembali meluap. Ia berdiri berjalan ke ruangan kelompok kerjanya sambil berteriak: Aku besok mau bawa mainan yang bagus, kamu nggak boleh main!
Teacher: Aulia,…balik dulu kesini. Kita selesaikan dulu masalah ini.
Teacher menoleh ke Anya: Anya, kamu mau berteman kembali, saling memaafkan? Kan nggak masuk akal kalau kita kehilangan teman hanya karena magnet kupu ini?
Anya: Itu bukan magnet! itu jepitan korden!
Teacher: O, ok teacher salah, itu jepitan korden yang cantik sekali..tapi kita nggak mau kehilangan teman kan?
Anya: Aku maafin besok aja!
Aulia: Aku juga nggak mau maafin!
Teacher berpkir: Mmmmm…gimana ini ya,……

Lalu teman-teman yang kerja kelompok sudah ada yang selesai dan Fendi menghampiri teacher, Anya dan Aulia.
Fendi: Lama banget diskusinya!
Teacher: Iya Fendi bisa bantu cari solusi, Ini nggak ada yang mau saling maafin…boleh ngga sih kita simpan marah kita lama-lama – sampai besok?
Fendi: Ya, nggak boleh dong! Maaf-maafan sekarang aja!
Teacher : Anya dan Aulia, kalau kita simpan marah atau merasa dendam, itu tidak baik, tahu nggak kenapa? Nanti kitanya sakit.
Aulia: Ya sudah, aku mau maafin, tapi sekarang!
Teacher: Anya, Aulia sudah mau memaafkan, Anya maafkan juga ya?
Anya: Nggak, aku besok aja!
Seorang teacher lainnya berbisik pada teacher bahwa Anya memang membutuhkan waktu yang lama untuk memaafkan temannya (pernah 1 bulan).
Teacher: Masalah ini harus selesai sebelum kita pulang – tidak dibawa pulang. JAdi Kalau Aulia sudah bisa memaafkan sekarang, mungkin Anya butuh waktu sedikit lebih lama. Bagaimana kalau kita ikutan kerja kelompok dulu sekarang. Nanti sebelum pulang, kita saling memaafkan. Kedua anak setuju.

Di ruang kerja kelompok, teacher membimbing mereka berdua secara bergantian. Masalah sementara terlupakan…Selesai kerja kelompok, teacher menanyakan lagi pada Anya
Teacher: Anya… sekarang bagaimana, apakah Anya sudah bisa memaafkan Aulia?
Anya mengangguk-angguk. (Whew…what a relief for teacher!..finally!)
Cepat-cepat teacher memanggil Aulia, dan kedua anak saling memaafkan. Teacher meminta mereka untuk peluk temannya dengan kasih…Kedua anak kemudian melanjutkan kegiatan dengan damai.
Di Saraswati, para teachers benar-benar memperhatikan konflik yang terjadi diantara anak-anak karena konflik sebenarnya merupakan kesempatan belajar yang baik sekali baik bagi murid maupun teachers.

No comments: