Saturday, May 23, 2009

Asian Festival Jepang sekaligus Parents'Day




Acara PArents' Day kali ini, yang diadakan tanggal 16 Nei yang lalu, disesuaikan dengan topik di kelas, yaitu, Asian Festival. Yang sedang dibahas adalah negara Jepang, dan kebetulan Aril dan keluarganya bisa banyak sharing mengenai pengalamannya selama 2 tahun di Jepang. Acara berlangsung sangat meriah dengan keterlibatan semua orang tua dalam berbagai games, lagu-lagu jepang, serta persiapan masakan jepang.
















Asian Festival - Thailand

Sesuai dengan topic bulan ini ‘Asian Festivals’, kegiatan di kelas selama beberapa minggu terakhir ini disusun untuk memperkenalkan anak-anak pada kultur dari berbagai Negara di Asia, seperti Thailand, Korea dan Jepang.

Suasana Songkran Festival (water festival)
Tidak ada yang lebih mengasyikan dari pada bermain siram-menyiram air. Anak-anak sangat enjoy festival yang satu ini. Teacher pun ikut disiram. Wah, basah kuyup semuanya! Namun, semua sudah sudah siap koq bekal ganti baju dan handuk..


Suasana Loi Krathong Festival (festival of lights)
Untuk festival ini, anak-anak mencetak lilin-lilin kecil. Lilin sudah dimasak dulu hingga cair. Anak-anak tinggal menuangkannya ke cetakan-cetakan kecil, dan memasukkan sumbunya. Sesudah kering, lilin diapungkan di sebuah ember kecil. Teacher menyalakan masing-masing lilin, sambil mengingatkan anak-anak,. ‘Hati-hati, ya, anak-anak tidak memasukkan tangan atau jari ke dalam ember, lilin sudah dinyalakan.’
‘Wah, punya bu Shoba tenggelam karena lilinnya ngisinya kepenuhan,’ komentar anak-anak. ‘Punya aku tuh ngapung’, seru seorang anak. ‘Aku mau tunggu sampai mati lilinnya,’ sahut anak lainnya.

Melihat teacher membawa lilin panjang, Popo yang sangat kritis, langsung ingin tahu, ‘kalo yang itu, gimana buatnya?’ ‘O.. yang ini ada cetakannya juga, tapi di sekolah tidak ada contohnya.’

Mungkin orang tua ada yang punya info tentang home industry produksi lilin hias yang bisa dikunjungi anak-anak, bisa disharing ke sekolah…

Workshop 'Anak Yang Bermain..'


Workshop ‘Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas’ pada tanggal 18 April yang lalu, di kampus Esa Unggul, dihadiri oleh sekitar 100 orang. Pada sesi pertama Bu Shoba membahas dari segi prakteknya bagaimana membuat kegiatan bermain anak menjadi pengalaman belajar yang menarik bagi anak. Sesi kedua oleh Bu Win, adalah pembahasan mengenai psikologi perkembangan anak. Bu Mayke pada sesi ketiga menjelaskan mengenai psikologi bermain.

Setelah mendengarkan teori dan melihat berbagai video klip, tentunya belum cukup tanpa pengalaman. Maka sesudah makan siang, para peserta diajak turut aktif dalam kegiatan. Kegiatan pertama mengharuskan peserta untuk konsentrasi penuh mengikuti instruksi pemandu. Ternyata hanya 2 orang saja yang berhasil membuat sesuai target. Beberapa alasan yang diberikan peserta:
- konsentrasinya buyar,
- dari dulu tidak pernah berhasil melipat, sehingga tidak mau mencoba lebih lanjut.

Kegiatan ini ternyata membuat peserta sadar bahwa metode pembelajaran yang fokusnya instruksi guru/orang tua kurang cocok bagi anak-anak usia dini, karena dibutuhkan fokus konsentrasi yang intensif, dan semua anak kemampuannya disamaratakan. Belum lagi ada perasaan takut tidak bisa atau tidak memenuhi ekspektasi pemberi instruksi.

Lalu bagaimana jika peserta secara aktif ikut terlibat dalam kegiatan, dan tidak ada instuksi secara khusus?! Kegiatan kedua merupakan kegiatan kelompok ( + 15 orang). Meja kerja serta beberapa jenis kertas, dan pernak pernik sudah disediakan. Setiap kelompok bebas membuat karya apapun, namun mereka harus bekerjasama. Wah, kolaborasi antara orang tua dan guru, hasilnya ternyata sangat menakjubkan! Berikut adalah beberapa komentar mengenai kegiatan kedua:

‘Sangat senang karena bisa berkolaborasi dengan teman-teman’
‘Ada negosiasi, siapa yang jadi ketua dan karya apa yang akan dibuat oleh kelompok, apa yang dikerjakan oleh siapa.’
‘Harus kreatif, karena keterbatasan dalam pernak pernik dan peralatan yang tersedia.’

Makna yang disimpulkan dari kegiatan kedua adalah bahwa lebih menyenangkan dan lebih banyak manfaatnya jika anak terlibat aktif dalam kegiatan belajarnya. Bukan hanya target belajar yang tercapai tetapi soft skills seperti leadership, kolaborasi/negosiasi, kreatifitas dalam hal memecahkan masalah, serta motorik halus juga ikut berkembang.

Beberapa workshop berikutnya akan diadakan di beberapa tempat lainnya…......(untuk info bisa menghubungi Saraswati).

Monday, May 18, 2009

Setelah Idul Fitri, Natal, Imlek, Manasik Haji....










Setelah Idul Fitri, Natal, Imlek, dan Manasik Haji..
Anak-anak mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Pura Candra Prabha di Jelambar., dalam kaitan dengan hari raya Nyepi bulan Maret yang lalu. Setelah keliling bersama, anak-anak dan orang tua yang beragama Hindu melakasanakan sembahyang, sedangkan teman-teman yang lain memperhatikan…Selesai berdoa, semua ingin ikut menyelipkan bunga dikuping….

Prasekolah Saraswati adalah sekolah umum. Anak-anak yang bersekolah di sini ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu dan Budda. Anak-anak diperkenalkan dengan perayaan hari-hari besar dan kebiasaan yang berhubungan dengan masing-masing agama. Anak-anak tetap diajarkan doa-doa dant tata cara berdoa sesuai dengan agama masing-masing. Namun mereka juga dibekali rasa toleransi beragama, yaitu, bahwa perbedaan itu tidak untuk menimbulkan pertentangan, tetapi membuat kita bisa memahami orang lain dan menghormati pilihan orang lain.” Emmy Rasyid (Ketua Komite Sekolah)