Tuesday, April 22, 2008

Setiap anak mampu untuk berkembang

Setiap hari, kakak-kakak di Saraswati menghadapi anak-anak dengan beragam kepribadian. Ada yang malu-malu dan pendiam, ada yang merasa dirinya kurang, tetapi ada juga yang merasa dirinya lebih baik dari teman-temannya, ada yang tidak mau mengalah, dan lain sebagainya. Apapun karakter anak, kakak siap untuk menerapkan pendekatan yang sesuai bagi masing-masing karakter.

Cerita ini tentang seorang anak yang merasa sangat tidak percaya diri karena suatu kekurangan yang dimilikinya. Ia sengaja memisahkan diri dari teman-temannya baik saat bermain bersama, maupun saat makan bersama. Kak Tri terus berusaha untuk mendekatinya. Saat diajak bicara, si anak tidak menjawab. Saat diajak bermain, si anak tidak mau. Kak Tri sengaja meminjam sesuatu dari si anak, namun tidak diberi. Saat snack time, si anak juga tidak pernah mau membagi.

Namun, Kak Tri tidak pernah putus asa. Sebagai guru, ia merasa bertanggung jawab terhadap anak tersebut, dan karenanya ia terus mencoba. Akhirnya, kesabarannya dan kasihnya terhadap si anak membawa hasil yang menggembirakan. Tepatnya, pada hari Jum’at, tanggal 22 Februari 2008, waktu Kak Tri mengajak si anak menggambar, si anak menunjukkan minatnya dan mau untuk melakukannya. Saat snack time, Kak Tri dengan penuh antisipasi, menanyakan pada anak, ‘Boleh minta pudingnya?’. Si anak berpikir sejenak,’hmm.., boleh deh!’
Saat mau pulang, si anak untuk pertama kalinya, mengatakan, ‘bye’ pada Kak Tri. Sekarang si anak sudah mau aktif dalam kegiatan kelas, bahkan juga saat circle time bersama anak-anak TK.

Setiap anak mampu untuk berkembang. Hanya butuh kesabaran dan pendekatan yang tepat bagi setiap anak. Jika kita memandang anak dengan kacamata positif, maka hasilnya pun akan positif. SDC.

Kreatif dalam mendisiplin anak

Mendisiplin anak tidak perlu dengan cara berteriak atau marah-marah. Dengan sedikit kreatifitas dari kita, anak-anak bisa juga mengikuti peraturan, begitulah yang dialami oleh Kak Nana, Kak Helen, dan Kak Anna.
Anak-anak sedang berselisih saling rebutan balok di PG, padahal waktu bermain sudah selesai. Kakak-kakak mengumumkan bahwa waktu utnuk membereskan semua baloknya. Perselisihan terlupakan dan anak-anak sibuk bermain lagi. Melihat anak-anak masih asyik bermain, Kakak-kakak memberikan tambahan waktu 15 menit lagi. Eh, ternyata sesudah 15 menit, anak-anak tidak juga mau membereskan mainannya. Bagaimana ya caranya…? Kak Nana punya ide! Ia membunyikan alarm di hp selulernya pertanda waktu bermain sudah selesai. Ajaib…anak-anak berhenti bermain dan mulai merapikan mainannya.
Hmmm… begitulah, kita pun harus kreatif mencari solusi dalam mendisiplinkan anak. SDC

Saling peduli.

Selama ini, fokus di Saraswati adalah guru memperhatikan murid-muridnya satu per satu. Ternyata tanpa disadari, anak-anak juga sangat perhatian terhadap guru-gurunya..
Kak Yanty pernah tidak masuk karena sakit. Keesokan harinya, Vira bertanya pad Kak Yanty, ‘Kakak, kemarin ngga masuk karena sakit, ya? Kak Yanty menjawab, ‘ Iya, kemarin kakak sakit.’ Kemudian Vira berkata, ‘ Kak, jangan sakit lagi ya, jangan ngga masuk lagi ya, kalau kakak sakit, kasih tahu Vira, ya.’

Kak Helen juga punya pengalaman yang mirip. Waktu itu, Popo baru bergabung di TKA, dan masih belum berani untuk bermain dengan teman-temannya yang sudah lama di Saraswati. Kak Helen menemani Popo dan bermain dengannya. Beberapa hari kemudian, saat sedang makan bersama, Popo ingin duduk sebelah Kak Helen. Ia meminta Kak Helen untuk membukakan lunch boxnya. Ketika Kak Helen membukakannya, Popo mencium pipi Helen, ungkapan rasa kasih sayang kepada kakaknya yang begitu perhatian pada dirinya.

Saling peduli, dan saling menyayangi.. begitulah hubungan antara guru dan murid di Saraswati. SDC.