‘kamu pinter sekali…! gambarnya bagus!’Begitu biasanya
kita terbiasa untuk memuji anak-anak kita.
Sebuah studi di ‘Journal of Experimental Psychology’ (http://www.wired.com/geekdad/2013/03/kids-with-low-self-esteem-the-parental-praise-paradox/)
menyatakan bahwa ada dua cara untuk memuji anak:
-pujian yang terfokuskan pada diri si anak (disebut person praise);
- pujian yang terfokuskan pada perilaku yang tepat atau pada
apa yang dilakukan oleh si anak untuk mencapai tujuannya (disebut process praise).
Menurut Brummelman dan Bushman, Person praise sangat berkaitan dengan konsep diri si anak. Karena
seringnya mendapatkan pujian seperti itu, si anak jadi tidak ‘pede’ kalo belum
mendengar kata-kata tersebut. Maksud kita memang baik, yaitu, meningkatkan rasa
percaya diri anak, tapi si anak jadi ketergantungan dan ingin mendapatkan
validasi dari orang lain mengenai apa yang sedang ia kerjakan, apalagi kalau si
anak memang pada dasarnya sudah kurang percaya diri. Hal ini juga akan membuatnya
takut atau enggan untuk mencoba sesuatu yang baru atau berbeda karena khawatir
tidak akan mendapatkan pujian tersebut.
Bahaya dari Person
praise adalah pujian ini bersifat global terhadap konsep diri anak – ‘aku
anak pinter’. Sekalinya anak tersebut mengalami kegagalan, konsep dirinya pun langsung
anjlok – ‘ternyata aku bukan anak pinter’.
Di lain pihak untuk process
praise, pujian diarahkan pada hal yang bersifat lebih spesifik, dan
terbatas pada suatu hal tertentu.
Misalnya, si anak mendapatkan pujian mengenai cara ia menuang air – ‘O..bagus sekali, kamu tidak menumpahkan air sedikit pun saat
menuangnya.’ Ada perasaan positif mengenai kemampuan diri si anak, dan ini
mengembangkan percaya diri yang lebih kokoh – tidak mudah runtuh saat ia
mengalami kegagalan dalam situasi yang berbeda.
Demikian sedikit sharing kami mengenai cara memuji anak… .
No comments:
Post a Comment