Wednesday, June 3, 2009

Workshop di Sekolah Alam Cikeas


Pada tanggal 27 Mei yang lalu, tim Saraswati diundang untuk memberikan workshop 'Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas, di sekolah Alam Cikeas. Acara ini berhubungan dengan World Book Day yang berlangsung selama bulan Mei yang lalu. Peserta terdiri dari guru-guru maupun orang tua murid sekolah Alam Cikeas, yang berjumlah sekitar 40 orang.










Setelah mendengar ulasan dari bu Shoba berkaitan dengan manfaat bermain bagi anak-anak serta menonton video dengan skenario 'belajar sambil bermain' secara riil, salah satu orang tua bertanya, ' bagaimana ya, saya rasanya nyesal tidak memberikan kesempatan pada anak saya untuk belajar sambil bermain..sekarang anak saya sudah kelas 3 SD, apakah sudah terlambat?' ' Seorang peserta lainnya mengatakan, 'tidak pernah ada kata terlambat dalam hal mengajar anak-anak, yang penting kita mau berusaha.'



' Ditinjau dari psikologi humanistik, setiap orang memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah yang positif dalam setiap tahap perkembangannya. Ada periode sensitif dimana suatu pembelajaran akan sangat efektif, dalam arti si anak lebih cepat menyerapnya, tetapi hal itu tidak berarti lewat periode tersebut, sudah tidak bisa lagi mengajarkan anak hal yang sama. Akan menjadi sedikit lebih sulit, dan kitapun harus mengeluarkan energi yang lebih, namun dengan kesabaran dan ketulusan hati, setiap aspek perkembangan dari akademis, intelek, emosional maupuan sosial tetap dapat diasah.' Ibu yang bertanya bergegas untuk segera mengaplikasikan konsep yang ia dapatkan malam itu juga. Anaknya yang juga hadir berkata, ' iya, bu, ayo bermain, SD juga bermain, bukan TK aja.' (foto sebelah : sang ibu dan anak sedang menari bersama saat workshop)

Saturday, May 23, 2009

Asian Festival Jepang sekaligus Parents'Day




Acara PArents' Day kali ini, yang diadakan tanggal 16 Nei yang lalu, disesuaikan dengan topik di kelas, yaitu, Asian Festival. Yang sedang dibahas adalah negara Jepang, dan kebetulan Aril dan keluarganya bisa banyak sharing mengenai pengalamannya selama 2 tahun di Jepang. Acara berlangsung sangat meriah dengan keterlibatan semua orang tua dalam berbagai games, lagu-lagu jepang, serta persiapan masakan jepang.
















Asian Festival - Thailand

Sesuai dengan topic bulan ini ‘Asian Festivals’, kegiatan di kelas selama beberapa minggu terakhir ini disusun untuk memperkenalkan anak-anak pada kultur dari berbagai Negara di Asia, seperti Thailand, Korea dan Jepang.

Suasana Songkran Festival (water festival)
Tidak ada yang lebih mengasyikan dari pada bermain siram-menyiram air. Anak-anak sangat enjoy festival yang satu ini. Teacher pun ikut disiram. Wah, basah kuyup semuanya! Namun, semua sudah sudah siap koq bekal ganti baju dan handuk..


Suasana Loi Krathong Festival (festival of lights)
Untuk festival ini, anak-anak mencetak lilin-lilin kecil. Lilin sudah dimasak dulu hingga cair. Anak-anak tinggal menuangkannya ke cetakan-cetakan kecil, dan memasukkan sumbunya. Sesudah kering, lilin diapungkan di sebuah ember kecil. Teacher menyalakan masing-masing lilin, sambil mengingatkan anak-anak,. ‘Hati-hati, ya, anak-anak tidak memasukkan tangan atau jari ke dalam ember, lilin sudah dinyalakan.’
‘Wah, punya bu Shoba tenggelam karena lilinnya ngisinya kepenuhan,’ komentar anak-anak. ‘Punya aku tuh ngapung’, seru seorang anak. ‘Aku mau tunggu sampai mati lilinnya,’ sahut anak lainnya.

Melihat teacher membawa lilin panjang, Popo yang sangat kritis, langsung ingin tahu, ‘kalo yang itu, gimana buatnya?’ ‘O.. yang ini ada cetakannya juga, tapi di sekolah tidak ada contohnya.’

Mungkin orang tua ada yang punya info tentang home industry produksi lilin hias yang bisa dikunjungi anak-anak, bisa disharing ke sekolah…

Workshop 'Anak Yang Bermain..'


Workshop ‘Anak yang Bermain, Anak yang Cerdas’ pada tanggal 18 April yang lalu, di kampus Esa Unggul, dihadiri oleh sekitar 100 orang. Pada sesi pertama Bu Shoba membahas dari segi prakteknya bagaimana membuat kegiatan bermain anak menjadi pengalaman belajar yang menarik bagi anak. Sesi kedua oleh Bu Win, adalah pembahasan mengenai psikologi perkembangan anak. Bu Mayke pada sesi ketiga menjelaskan mengenai psikologi bermain.

Setelah mendengarkan teori dan melihat berbagai video klip, tentunya belum cukup tanpa pengalaman. Maka sesudah makan siang, para peserta diajak turut aktif dalam kegiatan. Kegiatan pertama mengharuskan peserta untuk konsentrasi penuh mengikuti instruksi pemandu. Ternyata hanya 2 orang saja yang berhasil membuat sesuai target. Beberapa alasan yang diberikan peserta:
- konsentrasinya buyar,
- dari dulu tidak pernah berhasil melipat, sehingga tidak mau mencoba lebih lanjut.

Kegiatan ini ternyata membuat peserta sadar bahwa metode pembelajaran yang fokusnya instruksi guru/orang tua kurang cocok bagi anak-anak usia dini, karena dibutuhkan fokus konsentrasi yang intensif, dan semua anak kemampuannya disamaratakan. Belum lagi ada perasaan takut tidak bisa atau tidak memenuhi ekspektasi pemberi instruksi.

Lalu bagaimana jika peserta secara aktif ikut terlibat dalam kegiatan, dan tidak ada instuksi secara khusus?! Kegiatan kedua merupakan kegiatan kelompok ( + 15 orang). Meja kerja serta beberapa jenis kertas, dan pernak pernik sudah disediakan. Setiap kelompok bebas membuat karya apapun, namun mereka harus bekerjasama. Wah, kolaborasi antara orang tua dan guru, hasilnya ternyata sangat menakjubkan! Berikut adalah beberapa komentar mengenai kegiatan kedua:

‘Sangat senang karena bisa berkolaborasi dengan teman-teman’
‘Ada negosiasi, siapa yang jadi ketua dan karya apa yang akan dibuat oleh kelompok, apa yang dikerjakan oleh siapa.’
‘Harus kreatif, karena keterbatasan dalam pernak pernik dan peralatan yang tersedia.’

Makna yang disimpulkan dari kegiatan kedua adalah bahwa lebih menyenangkan dan lebih banyak manfaatnya jika anak terlibat aktif dalam kegiatan belajarnya. Bukan hanya target belajar yang tercapai tetapi soft skills seperti leadership, kolaborasi/negosiasi, kreatifitas dalam hal memecahkan masalah, serta motorik halus juga ikut berkembang.

Beberapa workshop berikutnya akan diadakan di beberapa tempat lainnya…......(untuk info bisa menghubungi Saraswati).

Monday, May 18, 2009

Setelah Idul Fitri, Natal, Imlek, Manasik Haji....










Setelah Idul Fitri, Natal, Imlek, dan Manasik Haji..
Anak-anak mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Pura Candra Prabha di Jelambar., dalam kaitan dengan hari raya Nyepi bulan Maret yang lalu. Setelah keliling bersama, anak-anak dan orang tua yang beragama Hindu melakasanakan sembahyang, sedangkan teman-teman yang lain memperhatikan…Selesai berdoa, semua ingin ikut menyelipkan bunga dikuping….

Prasekolah Saraswati adalah sekolah umum. Anak-anak yang bersekolah di sini ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu dan Budda. Anak-anak diperkenalkan dengan perayaan hari-hari besar dan kebiasaan yang berhubungan dengan masing-masing agama. Anak-anak tetap diajarkan doa-doa dant tata cara berdoa sesuai dengan agama masing-masing. Namun mereka juga dibekali rasa toleransi beragama, yaitu, bahwa perbedaan itu tidak untuk menimbulkan pertentangan, tetapi membuat kita bisa memahami orang lain dan menghormati pilihan orang lain.” Emmy Rasyid (Ketua Komite Sekolah)

Thursday, April 23, 2009

Jika Anak Enggan Menulis

Kemampuan membaca dan menulis, yang mana duluan ya?! Perkembangan kemampuan membaca dan menulis pada anak-anak berjalan seiring, jadi tidak ada yang duluan. Mungkin kita akan melihat salah satu kemampuan lebih menonjol pada anak, misalnya, anak lebih gemar membaca dari pada menulis.

Untuk setiap kemampuan, ada kemampuan persiapan. Misalnya, untuk membaca, anak sudah harus bisa mengenal dan membedakan bunyi dari masing-masing huruf dan mengejanya. Dalam hal menulis, ada satu kemampuan lagi yang perlu dipersiapkan, yaitu kemampuan motorik halus anak, terutama pada otot-otot tangan. Jadi, jika si anak belum mau untuk menulis, mungkin satu alasannya adalah motorik halusnya belum berkembang dengan baik.

Jika diajak menulis, sulit sekali, dan si anak akan memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis.’, demikian keluhan dari seorang ibu. Seorang bapak juga mengeluh mengenai hal yang sama, ‘anak saya sukanya membaca aja, tapi kalo menulis, dia ngga mau.’

Dalam teori masa peka atau sensitive period yang dikemukakan oleh Montessori, anak-anak umumnya memiliki masa peka terhadap keahlian tertentu. Artinya, untuk setiap keahlian ada masa pekanya. Dalam periode masa peka, anak akan menguasai suatu keahlian tertentu dengan cepat, tanpa harus bersusah payah. Contohnya, kalau anak belum mencapai masa pekanya untuk membaca dan menulis, maka akan sulit sekali mengajarnya membaca dan menulis. Demikian juga kalau masa peka terlewatkan, sekali lagi akan sulit untuk mengajarnya membaca dan menulis.

Umumnya, masa peka untuk belajar membaca dan menulis adalah pada usia 4 – 6 tahun. Kedua anak diatas sudah mencapai masa pekanya, namun agak sulit bagi mereka untuk menulis, sehingga mereka enggan melakukannya. Mungkin motorik halusnya belum cukup siap! Mungkin anak masih lemah dalam hal mengendalikan motorik halus pada tangannya, sehingga ia merasa lelah jika harus menulis. Simak dialog antara guru dan anak berikut ini:

Kakak : Dik, kamu sudah mampu untuk membaca, dikte, dan math, namun sedikit kurangnya…
Anak : Apa, Kak?
Kakak : Menulis! (wajah sang anak terlihat bingung)
Anak : Kasih PR aja, Kak.
Kakak : PR Latihan Menulis?
Anak : Ya…..boleh.
Kakak ; 10 kalimat atau….11
Anak : 11, Kak.
Kakak : Ok, karena adik mau latihan, jadi cukup kakak kasih 7 aja, dech! (sambil menulis soal latihan menulis), pakai bonusnya berapa nomor lagi, dik, sampai 11?
Anak : (sambil berhitung dengan jarinya) Empat, Kak, hahaha..

Kakak juga melibatkan orang tua untuk membantu anak di rumah. Kegiatan apa yang bisa dilakukan bersama anak, khususnya untuk mengembangkan motorik halusnya? Berikut adalah beberapa tips bagi orang tua:

Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di rumah, untuk membantu agar motorik halus anak berkembang dengan lancar.

  1. Ajak anak membuat cookies, biarkanlah si anak yang menuangkan tepung pakai sendok, mencampurkan air, mengaduk dan menguleni tepungnya.
  2. Ajaklah anak ke pantai dan buatlah berbagai macam bentuk dari pasir basah, buatlah sebuah kastil yang indah, ataupun sebuah dinosaurus yang besar.
  3. Saat bersih-bersih di rumah, berikanlah sebuah lap pada anak agar ia ikut bersih-bersih. Selain mengembangkan motorik halusnya, hal ini juga akan mengembangkan percaya dirinya. Ayah pun bisa mengajak anak mencuci mobil..kegiatan ini sangat menyenangkan bagi anak-anak, sekaligus bermanfaat.
  4. Berbagai mainan tradisional sangat baik untuk mengembangkan kemampuan motorik halus, seperti bermain congklak. Bonusnya main congklak adalah berkembangnya kemampuan berhitung.
  5. Bermain peran, skenario di salon, dimana si anak yang melakukan creambath.
  6. Menulis/menggambar di lantai yang bersemen dengan menggunakan kapur tebal crayola. Atau sediakan whiteboard yang besar di rumah, dimana anak boleh mencoret, menggambar, menulis apa saja.
  7. Sediakan finger paint, yang mudah dibuat sendiri di rumah. (Untuk resepnya, bisa menghubungi kakak di Saraswati)
  8. Buat playdough bersama dengan anak. (hubungi kakak di Saraswati untuk resep)

    Terakhir bertemu dengan bunda minggu lalu, ia melaporkan bahwa ada kemajuan pada anak dalam hal menulis. Ternyata kegiatan-kegiatan yang disarankan sangat menyenangkan saat dilakukan di rumah, dan banyak manfaatnya bagi si anak.

Sunday, April 5, 2009

Ketika Murid Baru Mogok...

Putri bergabung dengan Saraswati di TKA awal bulan Maret 2009. Ternyata Putri adalah sepupu Ayu, x-murid Saraswati yang sekarang di SD. 'Ayu mandiri, kreatif dan kemampuan akademisnya juga ok' begitu cerita bunda Putri, dan ia ingin Putri bisa seperti Ayu. 2 hari pertama Putri terlihat ok walaupun di kelas, saat menyanyi bersama dan Putri belum bisa mengikuti, ia cenderung duduk di pojok and menundukkan kepalanya.

Keesokan harinya, Putri mogok, dan tidak masuk sekolah. Teacher menyarankan kepada bunda, agar Putri dijemput oleh teacher dan salah satu teman yang dekat, Shazma. Namun, saat ditelpon ke rumah, Putri tidak mau berbicara sama teacher ataupun sama Shazma, apalagi dijemput. It's ok, Teacher dan bunda sepakat tidak mengganggunya tetapi bunda pada saat yang tepat akan menanyakan pada Putri apa sebenarnya masalah Putri.

Esok hari bunda lapor pada teacher bahwa Putri tidak mau sekolah, karena 2 hal:
(1) Shazma bermain dengan teman lain (Dia berharap bahwa Shazma bermain dengan dirinya saja)
(2) Putri merasa tidak bisa melakukan apa yang dilakukan oleh teman-teman yang lain.
Ternyata, observasi dan dugaan teacher mengenai Putri benar. Ia tidak merasa percaya diri, karena teman-teman sudah bisa, tetapi ia belum. Bagaimana menyiasatinya?

Kak Herly punya ide. Hari Jum'at bulan terakhir Maret, anak-anak eskul berenang. KAkak minta bunda datang bersama Putri langsung ke Sports Club untuk berenang, tapi bunda tidak usah bicara tentang sekolah.

Sampai di Sports Club, Putri sangat enjoy berenang bersama teman-temannya. Selesai berenang, ia sharing pada kakak-kakaknya bahwa ia ingin langsung ke sekolah. Namun karena sudah siang, bunda katakan 'besok saja kita ke sekolah'. Pada hari Senin, Putri masuk kembali ke sekolah dengan wajah yang ceria. Memang sebagai teacher, kita harus putar otak terus dan sering kali 'think out of the box.'