Bagi beberapa anak, sulit sekali membujuknya makan sayur.
Tapi kali ini tidak demikian. Semua anak terlihat sangat menikmati makan sawi
hijau campur baso!. Apa istimewanya sayur sawi hijau yang ini?! Begini
ceritanya..
Suatu hari bunda Athira membawa bibit sawi hijau. Anak-anak
pun semangat menanamnya di backyard sekolah. Masing-masing kelas diberikan
lokasi yang terpisah…PG menanam di lahan ‘S’, TKA di lahan ‘R’ dan TKB di lahan
‘T’. Setiap hari anak-anak menyiram bibit sawi mereka dengan rajin. Teachers
mengajarkan mereka untuk mencabut juga rumput liar yang tumbuh disekitarnya.
‘Kenapa rumput di cabut, Kak?’ Tanya anak-anak. ‘Iya, karena
kalau ngga dicabut, sawi kita kekurangan zat makan, ngga bisa tumbuh sehat’
Tetapi kemudian libur lebaran…panjang sekali libur
lebarannya, tetapi tidak perlu khawatir..Mbak Sarti janji merawatnya!
Hari pertama masuk sesudah libur lebaran..anak-anak PG
menengok tanaman mereka. Ternyata, sawi sudah tumbuh banyak sekali.
Putri melihat lubang-lubang kecil pada daun sawi..’Kak, aku
tahu kenapa ini lubang, ada ulatnya!’ ‘Iya seperti, the very hungry
caterpillar’, sahut teacher.
Zila dan Rayya agak geram melihat tanaman TKB tidak sesubur
yang lainnya.
Zila: ‘Ah aku ngga mau nyiram lagi…abis udah setiap hari
disiram tapi ngga tumbuh!’
Tiba waktunya untuk panen. Teacher mengajak anak-anak untuk
memanen sawinya, mencucinya, dan memotong-motongnya…siap untuk dimasak sama
baso.
‘Ini dia, sudah jadi sayur sawi kita, siapa yang mau?’
‘Saya….’ Semua anak dengan antusias menyodorkan piringnya, dan segera menyantap
sayur + basonya. ‘Sayur yang kita tanam sendiri enak ya!’