Hasbi sedang bermain dengan dadu yang digunakan oleh anak-anak untuk floor game. Ia melemparnya terlalu tinggi sehingga tersangkut di plafon.
Hasbi: Kak, lihat dadunya di atas.
Teacher mengambil kesempatan ini untuk melatih problem solving skills anak-anak. Teacher mengajak anak-anak untuk memikirkan solusinya bersama.
Reno : Pakai tangga yang panjang, diambil pakai tangga
Teacher: Kalau tidak ada tangga?
Reno : Ngga bisa!
Dylan : Pakai sarang laba-laba! (spiderman!)
Yoda : Pakai tangga gede, pakai sapu, pinggirin lalu jatuhin! (sangat detail!)
Reihan: Pakai tangga, di rumah lama ada tangga. Kalau ngga ada tangga ngga bisa ambil.
Dinda/Sisi : Pakai kursi yang tinggi, lalu pakai sapu, ambil deh dadunya.
Teacher: Ok, sekarang kita kumpul disini, semuanya berdiri...siapa diantara anak-anak yang paling tinggi akan coba mengambil dadunya.
Anak-anak kemudian sibuk membandingkan tinggi badan masing-masing dan menyimpulkan bahwa Dylan yang paling tinggi diantara mereka (pelajaran matematika yang sangat praktis!)..." Dylan, Kak".
Lalu Dylan mencoba, ternyata tidak cukup tinggi. Raga, Yoda, dan Dinda juga mencoba, tetapi masih tidak bisa diambil.
Teacher: Bagaimana, apakah ada ide lagi?
Anak-anak : Kakak aja yang naik.
Teacher: Ok, tolong pegang kursinya biar kakak naik. Dengan bantuan sapu, akhirnya dadu bisa dijatuhkan.
anak-anak : YES!!!!
Kegiatan seperti ini terlihat sederhana,sehingga seringkali dianggap sepele. Namun, justru kegiatan sehari-hari seperti inilah yang memiliki makna pendidikan yang tidak ternilai. Soft skills anak-anak (dalam hal ini problem solving) terlatih. Manfaatnya mungkin tidak langsung terlihat seperti kemampuan calistung, tapi dalam jangka panjang, soft skill seperti ini akan sangat membantu anak.
No comments:
Post a Comment