Mengajarkan damai pada anak-anak usia dini bukan merupakan hal yang sulit. Anak-anak ternyata sudah punya persepsi sendiri mengenai apa itu ‘damai’…Berikut dialog yang terjadi di kelas TK:
Nanda: Damai itu tidak berlari-lari di dalam kelas nanti berantem; tidak semaunya, tidak egois.
Kak Herly: Nanda emang tahu artinya egois?
Nanda: tahu dong, kak..egois itu mau menang sendiri.
Giscka: Damai itu seperti puteri raja yang baik hati.
Vira: Damai itu tidak berkelahi.
Herrel : tidak boleh berebutan balok.
Vaza: tidak berebutan mainan, tapi Vaza tidak bisa damai dengan abang Devan …..
Karena abang Devan suka tukar mainan yang lama dengan mainan Vaza yang baru.
Karena abang Devan dilahirkan di Malang, Vaza di Rumah Sakit Graha.
Kak Herly: Damai itu hidup rukun. Vaza harus bicara dengan abang Devan bahwa mainannya tidak mau ditukar. Sekalipun tempat lahir berbeda, kita harus damai.
Vaza: Ok deh, Kak Herly!
Anak-anak kemudian membuat bintang damai...diberi glitter supaya bintang damai bersinar cemerlang, dan dengan riang menyanyikan lagu ‘Akulah bintang damai’.
Beberapa hari kemudian, arti damai tetap melekat pada hati anak-anak… saat mendiskusikan mengenai mainan dan makanan dari Cina yang tidak aman bagi anak-anak, Giscka pun mengatakan..’Kak, orang-orang itu kan ngga belajar bintang damai seperti kita, ya, makanya mereka membuat yang tidak baik bagi orang lain…”
No comments:
Post a Comment