Monday, March 28, 2016

Pendekatan Saintifik dengan tema "Dekomposisi makanan"


Untuk kegiatan ini telah disiapkan beberapa jenis makanan yaitu roti, apel, kerupuk dan biskuit.
Setiap jenis makanan diletakkan pada wadah yang berbeda, seperti roti - potongan pertama dibiarkan pada udara terbuka dan potongan satunya disimpan pada tempat tertutup, begitu juga yang lain. Hal ini memberikan kesempatan pada anak untuk membandingkan dua hal:
1. proses dekomposisi yang terjadi pada jenis makanan yang sama dalam wadah yang berbeda,
2. proses dekomposisi pada jenis makanan yang berbeda.

Setelah beberapa hari, anak-anak mulai melihat perkembangan yang terjadi pada masing-masing makanan. Berikut adalah proses saintifik - mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, mengkomunikasi - yang berlangsung secara alami diantara anak-anak usia 3 - 6 tahun.

Roti
Daffa: kok rotinya jadi kering ya kak? (roti di piring)
Athira: iya, karena kena angin banyak
Ekal: rotinya keras banget lho, susah dipatahin
Raia: tapi kalo yang dalam toples enggak lho. Pegang deh ?!
Daffa: iya, enggak keras yang didalam, tapi bau
Ravi: bau asem rotinya yang didalam toples...

Apel
Athira: ih...kok buah apel yang di piring lembek sih?
Abigael: tumbuh bulu-bulu diapel
Athira: itu jamur, Abigael namanya
Rayn: iiihhh....busuk
Athira: tapi yang didalam toples enggak ya
Raia: iya, tapi airnya jadi kuning lho warnanya
Abigael: tadinya kan putih ya?!

Kerupuk
Timi: bunyinya udah ngga krenyess  lagi,,,
Ekal: jadi keras juga
Timi: kalo yang didalam toples bunyi sih, tapi sedikit
Ekal: apanya yang sedikit-sedikit tim?
Timi: ya bunyinya lah!

Menurut Montessori, anak-anak adalah ilmuwan alami. Mereka sudah memiliki kemampuan berpikir dan bertindak secara saintifik. Kemampuan saintifik tersebut akan berkembang optimal dengan adanya material/kegiatan eksploratif, waktu serta dukungan dari orang tua dan guru.

Thursday, March 3, 2016

Read Aloud

Minat baca di Indonesia masih sangat rendah. Beberapa data yang dipaparkan secara online menyatakan bahwa di Indonesia hanya 1 dari 1000 orang yang punya minat untuk baca. Bandingkan dengan 5 per 10 orang di negara maju seperti Singapura. Penyebab begitu rendahnya minat baca di Indonesia adalah orang Indonesia tidak dibiasakan membaca buku sejak usia dini. Wah, Sayang sekali!

Read Aloud bersama anak-anak PAUD
JakSel di Perpus Umum JakSel
Yuk, orang tua dan guru biasakan membacakan 1 buku per hari pada anak-anak.  Biasakan Read Aloud atau membacakan buku dengan lantang pada anak-anak. Read Aloud beda lho dengan Mendongeng! Ini dia beberapa ciri-ciri Read Aloud:

1. Membacakan buku cerita kata demi kata
2. Anak melihat langsung teks dan gambar pada buku
3. Anak terkspos pada elemen bahasa tertulis seperti alur
        cerita, dialog, dan lainnya
4. Ada interaksi/kedekatan antara pembaca dan pendengarnya
5. Buku yang dibacakan tidak harus punya alur cerita, bisa saja
         buku pengetahuan

Read Aloud bisa dilakukan oleh siapa saja, tidak perlu harus didramatisir atau punya skill seperti Pendongeng. So get ready, relax, and happy Read Aloud...